Sejarah SUMPAH POCONG
Apa itu Sumpah Pocong?
Sumpah pocong bukan berarti kita bersumpah dengan Pocongan. Bukan! sumpah pocong juga bukan berarti bersumpah dengan dandanan ala Pocong dan dilaksanakan di areal pekuburan, tempat angker, atau tempat wingit dan semacamnya. Ngawur!
Di namakan sumpah pocong karena pihak bersumpah biasanya dibalut dengan kain kafan dengan posisi tidur atau juga dengan posisi duduk dengan muka tetap dibiarkan terbuka layaknya memperlakukan mayat. Dari sinilah kata Pocong itu bermula. Namun tidak semua sumpah pocong membalutkan kain kafan ke seluruh tubuh kecuali muka, ada sumpah pocong yang hanya mendudukan pihak yang bersumpah dan dikerudungi dengan kain kafan. Dan biasanya sumpah pocong dilakukan oleh pemeluk agama Islam dan pelaksanaannya di dalam masjid dengan sejumlah saksi.
Diyakini bila pihak bersumpah (biasanya yang menjadi tersangka) berdusta dengan sumpahnya maka akan mendapat hukuman dari Allah SWT. Entah itu mendapat penyakit, kecelakaan atau mati mendadak… wa allahu’alam. Tetapi sebaliknya bila tidak terbukti semua tuduhan yang ditimpakan kepada yang bersumpah, insya Allah tidak akan terjadi apa-apa padanya.
Sejarah Sumpah Pocong
Tidak ada yang tahu kapan pastinya sumpah pocong mulai menjadi tradisi pemeluk Islam di tanah air, khususnya di beberapa daerah di tanah Jawa. Namun bisa dipastikan sumpah pocong lahir dari tradisi kearifan lokal masyarakat setempat dalam memecahkan kasus atau sengketa yang tidak bisa diselesaikan lewat jalur atau ranah hukum formal, yaitu lewat persidangan.
Memang ada mas bro, kasus atau sengketa yang tidak bisa dibuktikan lewat persidangan formal? Ada donk…..semisal santet, tenung, sihir, nujum. Kasus santet dan sejenisnya memang ada, namun tidak bisa dibuktikan siapa pelakunya. Satu-satunya cara pembuktian tentunya dengan Sumpah Pocong kepada orang yang diduga sebagai pelakunya.
Kasus sumpah pocong biasanya sering terjadi kepada mereka-mereka yang dituduh sebagai dukun hitam, pelaku pesugihan dan orang-orang yang dituduh berbohong dalam wasiat harta warisan atau hutang piutang tanpa bukti tertulis.
Sumpah pocong diyakini berasal dari daerah Pendalungan. Pendulungan adalah sebutan untuk wilayah Jember. Selama ini Pendalungan terkenal sebagai kota santri yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan mendudukkan Kiai sebagai tokoh panutan setempat. Di mana Kiai sering dijadikan rujukan dalam menyelesaikan konflik karena ketinggian ilmu agamanya yang di atas rata-rata. Pun dengan sumpah pocong, Kiai lah yang ditunjuk sebagai hakimnya.
Sumpah Pocong dalam Kacamata Islam
Islam awal yaitu era di mana Nabi Muhammad SAW masih hidup tidak mengenal adanya sumpah pocong dan beliau tidak pernah mengajarkan tata cara sumpah yang seperti tersebut di atas. Dalam Islam tidak ada yang namanya sumpah pocong namun Mubahalah.
Apa itu Mubahalah?
”Siapa yang membantahmu tentang kisah ‘Isa sesudah datang ilmu, maka katakanlah: “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita ber-mubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (QS Al Imran : 61)
Dalam surat di atas demikianlah tantangan mubahalah itu dilontarkan kepada pemuka-pemuka Nasrani dari Najran oleh Muhammad perihal persangkaan mereka mengenai perkara Isa AS.
Tuh kan kalau bohong akhirnya kejadian :P
Mubahalah tidak dilakukan sendirian, namun mengajak serta keluarganya, baik istri dan anak-anaknya dan saling memohon kepada Allah untuk menurunkan laknat-NYA bagi siapa yang berkata dusta dengan sumpahnya di antara mereka. Harap diingat dalam hal ini bukan dimaksud dengan saling menghujat dalam doa atau mendoakan hukuman dan laknat kepada masing-masing pihak, namun memohon secara bersama-sama dan bersungguh-sungguh untuk menjatuhkan hukuman-NYA kepada mereka yang zhalim di antara yang ber-mubahalah.
Dari penjelasan di atas antara sumpah pocong dan Mubahalah jelas ada perbedaan meskipun sama-sama bertujuan untuk mencari siapa yang benar atau yang salah dan mengharapkan laknat Tuhan bagi sang pendusta.
Komentar
Posting Komentar