"Mi Goreng...?"



“Selamat malam dok, jaga malam ya?” sapa pak Nono kepada dr Andri.
”Iya pak, belum tidur?” balas dr Andri. Saat ini jam menunjukkan pukul 23.04 BBWI..
”Belum dok, mau ngantar pasien dulu ke RSCM, ada pasien dari Cempaka yang harus dirujuk” jelas pak Nono.
”Oo.., pasien yang sakit jantung itu ya? Berat pak, harus rawat ICCU, disini lagi penuh jadi harus dirujuk, barusan saya yang periksa”.
”Mungkin yang itu dok”.
”Ya udah pak, hati-hati ya.., saya harus cepetan ke Mawar, ada pasien yang harus diperiksa”.
”Silakan dok”.
Dokter Andri segera menuju ke bangsal Mawar. Di Rumah Sakit ini memang semua bangsal dinamai dengan nama bunga, entah apa maksudnya. Mungkin disini dulu adalah kebun bunga, jadi untuk mengenangnya semua bangsal dinamai dengan nama bunga atau mungkin yang mersmikan ini dulu menyukai bunga.
Malam ini juga pak Nono mengantar pasien ke RSCM yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang, orang sering menyebutnya dengan RSUT. Pak Nono adalah salah satu sopir ambulans di Rumah sakit ini, sudah lima belas tahun dia mengabdikan diri. Tidak hanya mengantar pasien dalam kota saja yang dia layani, luar kota, bahkan luar jawa pernah dia layani. Maklum, RSUT adalah Rumah Sakit Pemerintah tipe B dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat menjadikan Rumah sakit ini adalah Rumah sakit favorit di Tangerang bahkan dari luar Tangerang sekalipun. Begitu banyak pasien yang dirawat di RSUT ini, lihat saja sepanjang lorong rumah sakit di malam hari, banyak keluarga pasien yang tidur sembarangan. Sebenarnya mereka selalu diingatkan oleh pak Satpam, tetapi masih nekat juga. Satpamnya kurang galak kali ya? 
Sepulangnya dari RSCM.
”Bim, bim....!” suara klakson mobil pak Nono dibunyikan.
“Bim. Bim....!”. Tidak biasanya pintu gerbang Kamboja ditutup.Kamboja adalah kamar jenazah. Hampair seluruh perawat, dokter maupun karyawan menyebutnya dengan paviliun Kamboja, memang dinamainya paviliun Kamboja, jadi kesan angker dan seram sedikit bisa dikurangi. Ada pula sebagian kecil yang menyebutnya kamar 174, kalau yang ini diambil dari nomer extensionnya.
”Bim....bim....!” kali ini diulangi dengan nada lebih panjang, dengan harapan ada orang yang mendengarnya. Tapi tetap saja tak ada orang yang menghampirinya. Dengan sangat terpaksa pak Nono turun dan membuka sendiri pintu gerbangnya, beruntung pintunya tidak dikunci.
”Aneh, pada kemana ini orang?” gumamnya dalam hati.
Pak Nono segera kembali ke mobil lalu memarkirnya di bawah pohon mangga, tempat biasanya dia memarkir mobil. Wajahnya tampak kusut, matanya sayu, dia tampak kecapekan sekali. Untung saja malam itu masih ada pedagang nasi goreng keliling yang mangkal.
”Jualan apa bang?” tanya pak Nono pada penjual.
”Tinggal mi goreng pak”, jawabnya.
”Satu aja bang, pedesnya sedeng, Sasanya dikit aja ya” pinta pak Nono. Memang dia tidak terlalu suka penyedap rasa, kalau kebanyakan penyedap rasa vertigonya kambuh dan badannya terasa pegal-pegal.
”Kopinya sekalian pak?” penjual menawarkan. Baru kali ini ada penjual mi goreng keliling menyediakan kopi. Mungkin ini adalah salah satu trik untuk memberikan pelayanan lebih kepada konsumen.
”Boleh, gulanya dikit aja” jawab pak Nono sambil masih duduk di mobilnya, sambil memencet-mencet tombol radio. Alunan lagu campursari megalun, sambil mengangguk anggukkan kepalanya pak Nono menikmatinya.
Tak lama kemudian mi goreng pun sudah siap.
”Nih pak mi gorengnya, ini kopinya”
”Terima kasih, abang baru jualan disini ya?”
”Iya pak, sebelumnya saya di perempatan Batuceper, di sana sepi, sapa tahu disini lebih rame”.
Tanpa menyia-nyiakan waktu pak Nono segera menyantap mi goreng yang dipesannya. Hanya dalam hitungan waktu 5menit 33detik habis sudah sepiring mi goreng dan segelas kopi dihadapannya.
“Udah bang” pak Nono mencoba memanggil penjualnya. Dia heran karena penjual dan gerobag dorongnya sudah ga ada di tempat, mungkin dia mau mangkal ke tempat lain, pikirnya. Dia tak mau ambil pusing, besuk pasti ketemu lagi. Sementara piring dan gelas dia taruh begitu saja di bawah jok mobilnya.
Setelah makan dan ngopi bukan kesegaran yang dia dapatkan, justru matanya semakin mengantuk. Diapun segera mengatur posisi untuk tidur, sudah menjadi kebiasaan dia tidur di mobil. Tak berapa lama dia sudah lelap tertidur.
__*__

Keesokan harinya.
”Brak, brak, brak!” suara pintu mobil pak Nono digedor.
”Subuh, subuh!”, teriak pak Murti, Satpam RSUT, dia adalah salah satu teman akrab pak Nono, apapun yang mereka lakukan tak pernah ada rasa marah sedikitpun diantaranya. Spontan pak Nono terbangun kaget, dia mengusap-usap matanya mencoba untuk melihat dengan jelas.
”Sialan luh, pelan dikit kenapa sih!?” pak Nono protes.
”Kalau pelan-pelan, takut ga kedengeran. Sudah kewajiban kita untuk saling mengingatkan kalau sudah masuk waktu sholat”, pak Murti berkelit.
”Pada kemana aja sih semalaman, pintu dikunci lagi”, keluh pak Nono.
”Nglindur nih orang, justru kita yang nanya, bapak kemana aja semalaman? Kecantol cewek ya?”, balas pak Murti.
”Pala lu peyang!, gue disini semalaman, habis ngrujuk pasien ga kemana-mana”, jelas pak Nono dengan sungguh-sungguh.
”Udah bangun dulu, mimpi kali yeee...!” pak Murti masih meledek. Karena dia yakin banget semalaman tidak ada mobil yang parkir dibawah pohon mangga ini, apalagi kedatangan mobil pak Nono sama sekali dia tidak melihatnya. Bahkan dia menunggunya sampai jam 02.30.
”Gua semalam makan mi goreng ama ngopi disini”, pak Nono masih mencoba untuk meyakinkan. 
”Mi gooooreng???, mi goreng dari Bagdad?”. Murti masih tetap bercanda, karena dia yakin sekali tidak ada penjual nasi goreng yang mangkal di sini.
”Nih kalo ga percaya”, pak Nono mencoba meyakinkan, dia meraba-raba bawah jok mobilnya, mencari piring dan gelas bekas makan dan minumnya semalam. Namun dia tak menemukan apa-apa. Lalu dia mencoba melihatnya, dia kelihatan sangat kaget, wajahnya kelihatan pucat, jantungnya berdetak lebih kencang. Dia tak bisa menyembunyikan raut mukanya dari pak Murti. 
”Pak Nono ga apa-apa?” tanya pak Murti khawatir.
Pak Nono ga bisa menjawab, mulutnya bagai terkunci, pandangannya kosong, pikirannya entah kemana.
”Pak Nono?!” Murti mengulanginya lebih keras sambil menggoyang-goyangkan badan pak Nono.
Murti penasaran, sebenarnya apa yang sedang terjadi, dia mencoba melihat ke bawah jok mobil pak Nono. Dia hanya melihat selembar daun kamboja dengan beberapa bongkah tanah yang ada cacingnya dan sepotong tempurung kelapa dengan air kecoklatan didalamnya. Bagi Murti hal itu bukan sesuatu yang istimewa, yang ada dalam pikirannya mungkin pak Nono habis mancing semalaman. Sementara pak Nono masih terdiam pandangannya makin kabur dan gelap.
”Bruk!” suara tubuh pak Nono jatuh terhempas ke tanah, dia pingsan.
Murti segera mengangkat tubuh pak Nono memindahkannya ke ruang Kamboja, dia teringat apa yang barusan dikatakan pak Nono, tubuhnya jadi merinding, bulu kuduknya berdiri, dalam hatinya bertanya mungkinkah itu yang dimakan dan diminum pak Nono?.
Perlahan mata pak Nono kembali terbuka, pandangannya masih kosong, banyak pertanyaan yang terlintas di otaknya, benarkah dia berada di halaman kamboja tadi malam, siapa penjual mi goreng itu, lalu apa yang dia makan dan minum tadi malam? Siapa yang telah mengambil piring dan gelas lalu menggantinya dengan daun kamboja dan tempurung kelapa? Entahlah.

Komentar

Postingan Populer