Rumah misterius
Pada tengah hari bolong, Romie berjalan di sekitar taman, setelah beberapa menit berlalu dia pun lelah karena tidak ada sesuatu yang menarik. “Apa ini? Aku ke mari untuk mencari hal mencengangkan atau perihal yang unik. Aku benci hal yang membosankan begini”
Akhirnya dia pulang dan berencana untuk tidur siang. Di tengah perjalanan pulangnya, dia melihat sebuah rumah bertingkat lagi bercorak hitam putih bergaya ala eropa. Alangkah terkejutnya dia ketika tahu bahwa rumah itu baru dia lihat sekarang padahal kemarin di tempat itu masih bersarang rerumputan liar semak belukar.
Akhirnya dia pulang dan berencana untuk tidur siang. Di tengah perjalanan pulangnya, dia melihat sebuah rumah bertingkat lagi bercorak hitam putih bergaya ala eropa. Alangkah terkejutnya dia ketika tahu bahwa rumah itu baru dia lihat sekarang padahal kemarin di tempat itu masih bersarang rerumputan liar semak belukar.
“Aku tak percaya ini. Sebaiknya aku masuk ke sana saja”
Romie berdiri di depan pintu dan berkata, “Assalamualaikum… Hai.. Ada orang nggak?”
Hening terjadi selama dua menit sepuluh detik.
Romie berdiri di depan pintu dan berkata, “Assalamualaikum… Hai.. Ada orang nggak?”
Hening terjadi selama dua menit sepuluh detik.
Romie jengkel dan ia coba membuka pintu, rupanya pintu tak dikunci, tanpa berpikir panjang ia masuki rumah yang penuh sarang laba-laba itu. Nada langkahnya diiringi suara kelelawar di langit langit. “Wah ada kursi kosong nih. Bagus juga desainnya. Bisa goyang-goyang lagi cocok sekali untuk kakek-kakek yang udah bau tanah. Aku duduk ah!”
Tiba-tiba suara perempuan bernada risih berkata, “Apa yang kau lakukan di sini? Bung nggak punya sopan santun? Kurang ajar betul, masuk orang nggak ketok pintu dulu”
“Tadi saya ketok. Tapi tak ada satu pun yang jawab. Maaf kalau saya lancang. Saya hanya penasaran dengan rumah ini”
Tiba-tiba suara perempuan bernada risih berkata, “Apa yang kau lakukan di sini? Bung nggak punya sopan santun? Kurang ajar betul, masuk orang nggak ketok pintu dulu”
“Tadi saya ketok. Tapi tak ada satu pun yang jawab. Maaf kalau saya lancang. Saya hanya penasaran dengan rumah ini”
“Jadi kau tak ada keperluan ke mari?”
“Saya kan sudah bilang. Cuma penasaran saja. Ngomong-ngomong, nona sendiri saja di sini? Orangtuanya mana?”
“Ayah dan Ibuku lagi ke pesta. Aku sendiri di sini”
“Oh iya. Saya hampir lupa, kalau boleh saya tahu, rumah ini kapan dibangunnya, padahal kemarin saya lihat belum ada rumah di tempat ini?”
“Itu bukan urusan kamu!”
“Saya kan sudah bilang. Cuma penasaran saja. Ngomong-ngomong, nona sendiri saja di sini? Orangtuanya mana?”
“Ayah dan Ibuku lagi ke pesta. Aku sendiri di sini”
“Oh iya. Saya hampir lupa, kalau boleh saya tahu, rumah ini kapan dibangunnya, padahal kemarin saya lihat belum ada rumah di tempat ini?”
“Itu bukan urusan kamu!”
Sang perempuan itu berlalu pergi ke kamarnya. Romie terdiam mengagumi kecantikan perempuan itu karena amat sempurna untuk dilewatkan begitu saja. Tak lama kemudian, perempuan itu datang lagi menghampiri Romie dan secara tiba-tiba saja kepala Romie sudah tertancap pisau di bagian kanannya. Kemudian sebuah cahaya hitam berkata pada sang perempuan, “Sudah saatnya kau kembali. Jangan kau biarkan dirimu merampas kemerdekaan orang yang masih punya jatah kemerdekaan. Kau tahu, itu hanya akan memperpanjang dan memperhangat suguhan untukmu di jahannam nanti.” Petir menyambar, rumah itu hilang seketika.
Komentar
Posting Komentar