ketika kunjungan
Ini terjadi kurang lebih 4 tahun yang lalu, waktu itu aku masih berada di kelas 8 SMP. Berawal dari pelajaran seni budaya dengan materi kerajinan tangan kami berkunjung ke tempat penghasil kerajinan tangan yang ada di daerahku. Hari ini aku sedikit tidak enak badan, badanku panas, dan mataku perih, aku demam gara-gara cuaca akhir-akhir ini yang tidak stabil. Guruku menyarankan untuk tidak ikut dalam kunjungan itu namun aku ngotot untuk tetap ikut.
“ini hanya demam biasa, bu.” kataku.
“tapi nanti terjadi apa-apa padamu.” kata guruku.
“tidak akan bu, kalau saya tidak ikut nanti saya tidak tahu seperti apa praktik dalam membuat kerajinan tangan.”
“Ya sudah kalau begitu.”
“tapi nanti terjadi apa-apa padamu.” kata guruku.
“tidak akan bu, kalau saya tidak ikut nanti saya tidak tahu seperti apa praktik dalam membuat kerajinan tangan.”
“Ya sudah kalau begitu.”
Aku dan teman-teman sekelas semuanya pergi ke tempat kunjungan, dan kami pun sampai dengan hanya 20 menit. Aku tidak ingin ketinggalan kunjungan ke tempat ini karena Nenekku pernah bercerita bahwa dulunya tempat ini adalah penginapan dan terjadi pembunuhan berantai entah oleh siapa. Dan kata Nenek, sampai sekarang mungkin arwah yang dibunuh itu masih ada di situ. Kami mulai melihat-lihat bagaimana tahap pembuatan hasil buah tangan para pekerja. Kami mulai asyik sendiri-sendiri.
Mataku pun melihat-lihat ke segala penjuru tempat ini dan kakiku terus melangkah mengikuti keinginanku untuk mencari tahu bagaimana angkernya tempat ini. Dari segi bangunan memang benar ini sepertinya dulu adalah penginapan, aku terus berjalan menapaki koridor, di setiap ruangan ada para pekerja melakukan pekerjaannya masing-masing. Tempat ini terkesan sepi, tidak ada gurauan yang ada hanya bunyi pahatan.
Tanpa ku sadari aku sudah berjalan jauh dari teman-temanku, tempat ini terlalu luas dan tempat kerajinan hanya di bagian depan bekas bangunan penginapan ini. Tiba-tiba gerimis, cuaca bulan ini memang tidak bisa ditebak. Aku merasa angin berhembus di wajahku, dingin. Tidak tahu mengapa aku menjadi merinding, saat aku hendak berbalik aku merasa ada yang mengamatiku dari tadi. Dari sudut penglihatanku sepertinya aku melihat sesuatu pada atap koridor. Iya benar ada sesuatu yang bergantung di sana!
Badanku menjadi sangat lemah, kakiku hampir tidak bisa menopang tubuhku. Suasana di sini berubah menjadi sangat mencekam. Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku.
“Sedang apa kamu di sini? Kamu sudah terlalu jauh.” kata guruku.
“Bu.. Sepertinya saya melihat sesuatu di sana.”
“Sudahlah mungkin kamu hanya berhalusinasi, kamu kan lagi demam. Ayo kita pulang, teman-temanmu sudah menunggu.”
“Iya, bu.”
“Sedang apa kamu di sini? Kamu sudah terlalu jauh.” kata guruku.
“Bu.. Sepertinya saya melihat sesuatu di sana.”
“Sudahlah mungkin kamu hanya berhalusinasi, kamu kan lagi demam. Ayo kita pulang, teman-temanmu sudah menunggu.”
“Iya, bu.”
Aku dan bu guru pun kembali, sebelum itu ku beranikan diri untuk memalingkan wajahku melihat sesuatu itu, aku penasaran. Dan memang benar di sana tergantung seorang anak perempuan seumurku. Matanya berwarna hitam dan sangat tajam, dan yang tidak bisa ku lupakan sampai saat ini. Dia tersenyum menyeringai kepadaku.
Komentar
Posting Komentar